WARTARAKYAT - JAKARTA, Peringatan Hari Tani Nasional ke-65 pada 24 September 2025 dipastikan akan diwarnai aksi ekstrem. Ridwan, aktivis agraria asal Riau, bertekad melakukan aksi “cor badan dengan semen” di depan Istana Negara bila pemerintah tetap abai terhadap nasib petani dan masyarakat adat.
“Aksi ini bukan sandiwara. Jika tuntutan kami tidak direspons, saya akan cor badan saya di depan Istana. Ini simbol perlawanan terhadap ketidakadilan agraria,” tegas Ridwan.
Tiga Tuntutan Utama
Ridwan bersama jaringan petani dan masyarakat adat menyiapkan tiga tuntutan kelembagaan yang akan dibawa ke Istana:
1. Mengembalikan ATR/BPN menjadi lembaga murni pertanahan atau membentuk Badan Nasional Reforma Agraria (BNRA) langsung di bawah Presiden.
2. Jika tidak, membentuk Pokja Reforma Agraria di bawah Kementerian Sekretariat Negara untuk percepatan penyelesaian konflik.
3. Mengajak Presiden Prabowo Subianto hadir langsung memperingati Hari Tani Nasional bersama petani dan masyarakat adat sebagai simbol komitmen negara pada Pasal 33 UUD 1945 dan UUPA 1960.
Darurat Agraria
Ridwan menilai negara kini menghadapi situasi darurat agraria. Ribuan petani dan masyarakat adat masih berjuang atas tanah garapan mereka yang puluhan tahun tak kunjung mendapat kepastian hukum.
Ia juga menyoroti kinerja Satgas Pengendalian Kawasan Hutan (PKH). Menurutnya, langkah represif tidak boleh diberlakukan kepada rakyat kecil. “Mafia tanah dan korporasi besar memang harus ditertibkan. Tapi jangan samakan mereka dengan petani yang hidup dari tanahnya sendiri,” katanya.
Jejak Panjang Perlawanan
Nama Ridwan bukanlah asing dalam sejarah gerakan rakyat di Riau. Ia dikenal sebagai motor penolakan terhadap operasional PT RAPP di Pulau Padang saat menjabat Ketua Serikat Tani Riau (STR) dan kader PRD.
Pada 2013, ia ditangkap di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, saat aksi menolak EMP Malacca Strait S.A. Banyak pihak menilai itu bentuk kriminalisasi gerakan rakyat. Setelah bebas pada 2021, Ridwan mendirikan Komite Pejuang Pertanian Rakyat (KPPR) dan menggaungkan Gerakan Lawan Mafia Tanah (Gerlamata).
Pertaruhan Hidup
Kini, dengan tekad yang tak surut, Ridwan kembali ke garis depan perjuangan. Baginya, perlawanan agraria bukan semata urusan tanah, melainkan soal hidup dan masa depan rakyat kecil.
“Tubuh saya siap jadi benteng perjuangan. Biarlah saya dicor semen di depan Istana, asal suara petani dan masyarakat adat benar-benar sampai ke telinga Presiden,” pungkasnya.***MDN
#Cor diri Depan istana Negara #Aksi Besar Depan Istana