WARTA RAKYAT ONLINE- Pekanbaru, 4 Juni 2025 , Warga Pekanbaru dikejutkan dengan kemunculan spanduk raksasa bernada rasis yang terpampang mencolok di flyover SKA, salah satu ruas tersibuk di jantung kota. Spanduk itu memuat tulisan provokatif: “Menolak Keturunan India Mengatur Provinsi Riau”, yang langsung menuai kecaman dari berbagai kalangan.
Tidak hanya kalimat yang mengandung unsur SARA, spanduk tersebut juga menampilkan tiga wajah tokoh politik yang diduga kuat adalah Rahul, Ketua DPD Partai Gerindra Riau; Mohammad Nasir, mantan anggota DPR RI dari Partai Demokrat; dan Rohit, anggota DPR RI dari Partai Gerindra. Ketiganya ditampilkan mengenakan penutup kepala khas India topi Punjabi dengan gambar seekor ular kobra melingkar di antara mereka.
Makna simbolis dari penggunaan ular kobra dalam spanduk tersebut belum diketahui secara pasti. Namun banyak pihak menduga itu adalah upaya membangun narasi kebencian berbasis rasial, dengan menyasar etnis tertentu sebagai “ancaman” terhadap kepemimpinan lokal di Riau.
Dugaan Serangan Politik Bermuatan Rasis
Ketiga tokoh dalam spanduk dikenal luas sebagai figur berdarah keturunan India yang aktif dalam kancah politik nasional maupun daerah. Rahul misalnya, selain menjabat Ketua Gerindra Riau, juga dikenal sebagai sosok yang cukup vokal dalam isu-isu pembangunan daerah. Mohammad Nasir dan Rohit pun memiliki rekam jejak panjang di parlemen.
Spanduk ini langsung memicu reaksi keras dari sejumlah tokoh masyarakat dan organisasi sipil. Forum Pekanbaru Bersaudara (FPB) dalam pernyataannya menilai bahwa aksi ini bukan sekadar vandalisme politik, melainkan tindakan intoleran yang berpotensi merusak tatanan sosial dan kerukunan antar-etnis di Riau.
“Ini bentuk provokasi terbuka terhadap persatuan kita. Harus diusut tuntas,” ujar Ketua FPB, M. Rusdi .
Ajakan Jaga Toleransi dan Integrasi Sosial
Munculnya spanduk bermuatan SARA ini kembali membuka luka lama soal isu intoleransi yang kadang mencuat menjelang pemilu atau konflik kepentingan politik di daerah. Pengamat politik lokal, Arul Kampai, menilai bahwa aksi semacam ini adalah bentuk “politik kotor” yang memanfaatkan sentimen etnis demi meraih dukungan.
“Ini bukan hanya soal Riau atau etnis India. Ini tentang bagaimana politik bisa menjadi sangat berbahaya ketika moral dikesampingkan,” ujarnya.
Warga dan tokoh agama diimbau untuk memperkuat komunikasi lintas budaya serta menolak segala bentuk diskriminasi dan ujaran kebencian. Upaya menjaga Riau tetap damai dan majemuk menjadi tanggung jawab semua pihak.**mdn
#Sepanduk Rasis Pekanbaru