WARTARAKYAT - Pekanbaru, Suhu politik di tubuh Partai Golkar Provinsi Riau terus memanas. Menjelang Musyawarah Daerah (Musda) ke-XI yang semula dijadwalkan pada 19 Oktober 2025 di Pekanbaru, enam nama besar telah resmi maju mengambil formulir pendaftaran calon Ketua DPD I Golkar Riau. Mereka adalah Afrizal Sintong, Ridwan GP, Karmila Sari, Yulisman, Helmi Yazid, dan SF Hariyanto.
Namun, di tengah hiruk-pikuk dukungan dan manuver politik antar kubu, DPP Partai Golkar secara mengejutkan menunda pelaksanaan Musda melalui surat resmi tertanggal 18 Oktober 2025.
Enam Kader Berebut Tahta: Pertarungan Pengaruh dan Restu DPP
Proses pendaftaran calon ketua resmi dibuka pada 16 Oktober 2025 di Kantor DPD I Partai Golkar Riau. Dalam dua hari pertama, enam figur tangguh langsung mewarnai bursa pencalonan.
Ridwan GP, kader senior dan loyalis Golkar, menjadi yang pertama mengambil formulir. Ia menegaskan langkahnya maju untuk mengembalikan marwah dan kejayaan Golkar di Riau.
Afrizal Sintong, mantan Bupati Rokan Hilir sekaligus Ketua DPD II Golkar Rohil, tampil paling siap. Ia telah mengembalikan berkas dan mengklaim mengantongi dukungan 12 DPD II dari 18 kabupaten/kota di Riau — menjadikannya kandidat dengan basis dukungan paling luas sejauh ini.
Karmila Sari, anggota DPR RI sekaligus figur perempuan yang menonjol di tubuh Golkar, menyerahkan formulir dengan restu dari DPP. Ia membawa visi kepemimpinan baru yang lebih terbuka dan progresif.
Yulisman, anggota DPR RI dan politisi senior, dikabarkan mendapat restu dari DPP Golkar. Sejumlah sumber internal menyebut namanya sebagai “kandidat unggulan pusat” untuk memimpin Golkar Riau periode 2025–2030.
Helmi Yazid, kader senior yang dikenal berpengalaman dalam konsolidasi organisasi, juga mendaftarkan diri. Ia menyebut langkahnya bukan ambisi pribadi, melainkan panggilan moral untuk memperkuat kaderisasi dan menjaga marwah partai.
SF Hariyanto, birokrat sekaligus tokoh yang punya rekam jejak panjang dalam pemerintahan dan politik Riau, turut menyerahkan formulir pendaftaran. Kehadirannya menambah tensi persaingan karena ia dinilai memiliki dukungan kuat dari sejumlah kalangan strategis, termasuk elemen birokrasi dan tokoh-tokoh senior Golkar.
Musda Ditunda, Isu Restu DPP Makin Menguat
Menjelang pelaksanaan Musda, lobi-lobi politik antar kandidat berlangsung intens. Sejumlah DPD II bahkan terang-terangan menyatakan dukungan kepada kandidat tertentu, sementara sebagian lainnya masih menunggu arah angin dari DPP.
Namun, sehari sebelum Musda digelar, DPP Golkar mengirim surat resmi penundaan ke DPD I Golkar Riau. Tidak ada penjelasan rinci mengenai alasan penundaan tersebut, namun kabar yang beredar menyebut langkah ini diambil guna mendinginkan situasi dan menghindari potensi perpecahan internal di tubuh partai berlambang pohon beringin itu.
Analisis: Tarik-Menarik Kepentingan dan Ujian Konsolidasi
Para pengamat menilai, keputusan DPP menunda Musda merupakan sinyal kuat bahwa peta dukungan di lapangan belum benar-benar solid. Enam kandidat yang maju memiliki kekuatan, jaringan, dan loyalitas berbeda.
“Ini bukan sekadar soal siapa yang paling populer, tapi siapa yang paling diterima oleh DPP dan paling mampu menjaga kesatuan partai menjelang Pemilu 2029,” ujar seorang analis politik Riau.
Dengan bergabungnya nama SF Hariyanto, persaingan menuju kursi Ketua DPD I Golkar Riau kini bukan hanya sekadar pertarungan kader, tetapi juga ujian keseimbangan antara kepentingan politik, birokrasi, dan restu pusat.
Kini, seluruh mata tertuju ke Jakarta menunggu keputusan DPP Golkar: siapa yang akhirnya akan memegang kendali pohon beringin di Bumi Lancang Kuning.*** MDn
#Golkar Riau #Musda Golkar 2025