Pesantren: Menjadi Rumah Kedua yang Benar-Benar Menjaga Anak Bangsa

Pesantren: Menjadi Rumah Kedua yang Benar-Benar Menjaga Anak Bangsa
M Akyar Pengamat Komunikasi

Penulis : Muhammad Akhyar

Pengamat Komunikasi

Pesantren sering dipandang hanya sebagai lembaga pendidikan agama. Padahal bagi ribuan santri di seluruh penjuru negeri, pesantren adalah rumah kedua—tempat mereka tumbuh, belajar, berdoa, sekaligus menemukan arti kebersamaan. Karena itulah, pesantren tidak boleh berhenti pada peran mendidik, melainkan harus mampu menghadirkan rasa aman, nyaman, dan penuh kasih, sebagaimana yang kita rasakan di rumah sendiri.

Rasa Aman adalah Hak, Bukan Pilihan

Dalam dunia pendidikan, rasa aman adalah fondasi utama. Tidak ada santri yang bisa belajar dengan tenang jika ia dibayangi rasa takut, tertekan, atau bahkan mengalami perundungan. Maka, keamanan di pesantren bukan hanya sebatas pagar tinggi dan aturan ketat, melainkan juga perlindungan psikologis yang menjamin santri bebas dari kekerasan verbal maupun fisik.

Kita sering lupa, anak-anak yang tinggal di pesantren adalah titipan orang tua. Mereka bukan hanya menuntut ilmu, tetapi juga menitipkan harapan agar anaknya tumbuh dengan akhlak mulia. Jika pesantren gagal menjamin rasa aman, maka pesantren sedang mengkhianati amanah terbesar itu.

Kehangatan Keluarga di Balik Tembok Pesantren

Rumah selalu identik dengan kehangatan, kasih sayang, dan kedekatan. Di pesantren pun demikian. Para ustadz dan ustadzah seharusnya menjadi orang tua kedua yang tidak hanya mendidik, tetapi juga merangkul, mendengar, dan menguatkan. Sementara para santri bukan sekadar teman sekelas, melainkan saudara yang saling menopang di saat suka maupun duka.

Jika suasana kekeluargaan ini hadir, maka pesantren akan menjadi tempat lahirnya pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga lembut hatinya, berempati, dan siap hidup bermasyarakat dengan penuh rasa tanggung jawab.

Tanggung Jawab Kolektif, Bukan Sepihak

Namun mewujudkan pesantren sebagai rumah kedua bukan hanya tugas pengasuh atau pengurus. Santri pun punya tanggung jawab menjaga adab, menghargai sesama, dan menciptakan budaya saling melindungi. Hanya dengan komitmen bersama, pesantren akan menjadi benteng yang benar-benar menumbuhkan rasa aman bagi siapa pun yang ada di dalamnya.

Penutup

Pesantren bukan sekadar institusi pendidikan. Ia adalah tempat pembentukan karakter, benteng moral, sekaligus wadah penanaman nilai kemanusiaan. Jika pesantren benar-benar mampu menjadi rumah kedua yang aman, nyaman, dan penuh kasih, maka dari rahim pesantren inilah lahir generasi yang bukan hanya berilmu, tetapi juga berakhlak, berempati, dan siap mengabdi pada bangsa serta agamanya.

 

 

#Ponpes Indonesia