WARTA RAKYAT ONLINE- Pelalawan, Riau – Di tengah rimbun pohon sawit dan panas terik matahari, sebanyak 58 siswa baru Sekolah Dasar di Dusun Toro Jaya, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau, terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar di bawah tenda darurat beralaskan tanah.
Pemandangan memilukan ini menjadi potret buram dunia pendidikan Indonesia, khususnya di daerah pedalaman yang berada dalam kawasan hutan negara. Para siswa duduk bersila, beralaskan tikar, menulis di atas lutut mereka, sementara di sekitar mereka hanya ada kebun sawit dan nyanyian serangga hutan.
Kondisi ini terjadi setelah lokasi sekolah SD 20 Toro Jaya, yang selama ini menjadi kelas jauh dari SDN 003 Lubuk Kembang Bunga, disita oleh Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) karena dinilai berada di dalam wilayah Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN). Akibatnya, bangunan sekolah tidak dapat lagi digunakan, dan penerimaan siswa baru dilarang.
"Anak-anak ini tidak mengerti konflik batas kawasan, mereka hanya ingin sekolah. Kami sebagai orang tua menangis melihat anak kami belajar seperti ini," ucap Leni, seorang ibu siswa sambil menyeka air matanya.
Ironisnya, sekolah tersebut sebelumnya sudah diresmikan oleh pemerintah daerah pada September 2024, dan selama ini menjadi tumpuan pendidikan bagi anak-anak warga Toro Jaya yang mayoritas tinggal jauh dari pusat desa. Akses menuju sekolah induk memakan waktu hingga dua jam perjalanan—terlalu berat bagi anak-anak berusia 7 hingga 12 tahun.
Tak mau anak-anaknya putus sekolah, warga secara swadaya mendirikan tenda dari terpal dan memanggil guru sukarela untuk tetap menjalankan proses belajar. Namun, mereka sadar solusi ini hanya bersifat sementara.
“Kami tahu ini tidak ideal. Tapi apakah anak-anak harus menunggu sekolah yang layak sampai mereka dewasa?” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Sejumlah pihak menilai konflik tenurial di kawasan Tesso Nilo telah berlangsung terlalu lama dan tak kunjung selesai. Akibatnya, warga yang telah puluhan tahun bermukim di sana hidup dalam ketidakpastian, termasuk dalam hal pendidikan.
Komunitas lokal dan pegiat lingkungan mendorong pemerintah pusat, Balai TNTN, serta Dinas Pendidikan Pelalawan untuk segera duduk bersama mencari solusi manusiawi—yang mengutamakan hak dasar anak-anak atas pendidikan, tanpa menafikan perlindungan lingkungan."**mdn
#Warga Teso Nila #Kawasan Teso Nilo #Pendidikan Teso Nilo