Menapak Takdir, Menyapu Mimpi: Abdul Wahid dan Jalan Sunyi Menuju Kursi Gubernur

Menapak Takdir, Menyapu Mimpi: Abdul Wahid dan Jalan Sunyi Menuju Kursi Gubernur

PEKANBARU - WARTA RAKYAT ONLINE  Tidak semua pemimpin lahir dari kemewahan. Sebagian justru tumbuh dari peluh, dari lantai kampus yang disapu setiap pagi, dan dari bangunan yang didirikan dengan tangan sendiri. Seperti itulah kisah hidup Gubernur Riau Abdul Wahid yang ia bagikan dalam acara Halal Bihalal IKA UIN Suska Riau 2025, Minggu lalu.

Di hadapan ribuan alumni, dosen, dan tamu kehormatan, Wahid membuka memori masa mudanya yang penuh perjuangan. Ia bukan mahasiswa yang bergantung pada kiriman orang tua. "Hanya semester pertama saya dibiayai orang tua. Selebihnya, saya memilih mandiri," ujarnya.

Saat mahasiswa lain pulang kampung mengisi liburan, Wahid tetap di Pekanbaru. Ia melamar jadi tukang sapu di kampus sendiri, lalu menjadi buruh bangunan demi membiayai hidup dan kuliahnya. Dari kerja itulah ia belajar adukan semen, mengenali besi, bahkan berani mencoba jadi kontraktor kecil-kecilan saat masih kuliah.

Namun semua itu bukan untuk mencari pekerjaan. Wahid justru mengaku tak pernah melamar kerja setelah lulus. “Saya kuliah untuk memperluas wawasan dan membangun relasi. Hidup ini bukan tentang jabatan, tapi tentang bagaimana kita menjalaninya,” ucapnya.

Kini, Wahid menduduki jabatan tertinggi di Provinsi Riau. Tapi ia menegaskan, jabatan bukan sesuatu yang ia kejar mati-matian. “Saya tak pernah bercita-cita jadi gubernur. Saya hanya berjalan sesuai takdir. Apa yang datang, saya syukuri. Apa yang pergi, saya relakan,” katanya, mengutip filosofi hidup yang ia abadikan dalam sebuah buku berjudul Menjemput Takdir.

Wahid juga menyampaikan pesan penuh harapan kepada mahasiswa dan alumni muda UIN Suska. Ia percaya kampus ini akan terus melahirkan pemimpin dan profesional di berbagai bidang. “Mimpi itu gratis. Kapan perlu, presidennya nanti dari alumni UIN,” ujarnya disambut tepuk tangan.

Ia bukan satu-satunya alumni UIN Suska yang menembus panggung kekuasaan. Ada Bupati Indragiri Hulu Ade Agus Hartanto, Wakil Bupati Kampar Misharti, dan Bupati Lingga Muhammad Nizar—semuanya jebolan kampus yang dulu bernama IAIN Susqa.

Cerita Abdul Wahid adalah bukti bahwa keberhasilan tak selalu datang dari jalan yang mudah. Terkadang, takdir harus dijemput dengan kerja keras, keberanian, dan hati yang tulus menerima setiap proses.***mdn

 

#gubernur riau #Abdul Wahid #IKA UIN Halal Bihalal